Rabu, 11 November 2015

TEORI BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR


Hasil gambar untuk teori belajar

Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan tersendiri. Seorang guru sekolah dasar sewajarnya memahami bahwa komponen anak merupakan komonen terpenting dalam proses pengajaran. Prosespengajaran itu harus diciptakan atas dasar pemahaman siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru disekolah dasar dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat.
Karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum sebagaimana dikemukakan Bassett, Jacka, dan Logan (1983) berikut ini :
1. Mereka secara alamiah memiliki rasaingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri,
2. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang,
3. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru ,
4. Mereka biasanya tergetar penasaranya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidak puasan dan menolak kegagalan-kegagalan,
5. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi,
6. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi , berinisiatif , dan mengajar anak-anak lainya.

Arti belajar secara tradisional, sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih modern diungkapkan Morgan dkk. (1986) sebagai setiap perubahantingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua unsure penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku dan, kedua perubahan yang terjadi karena latihan atau pengalaman.
Dalam konteks sekolah seorang anak dikatakan telah belajar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan masyarakat. Jadi terhadap hal yang bersifat negative dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat tidak data kita katakan belajar walaupun diperoleh dari latihan atau pengalaman.
Gagne mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebutadalah:
1. Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca tulis, hitung sampai pada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseoranr dan kesempatan belajar yang tersedia ,
2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang didalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah,
3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini pada umumnya dikenai dan tidak jarang ,
4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya
5. Sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhdap orang,barang atau kejadian.

Paham dianggap modern tentang bagaimana anak usia SD itu belajar bersifat kontruktivistik; dipelopori oleh Jean Piaget (1896-1980), levVygotssky (1896-1934) dan Bruner (1060-an).
1. Bagi Piaget, anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya sebagaimana terjadi ketika mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis;
2. Bagi Vygotsky, anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi pengajaran dan social dengan orang dewasa (guru) asalkan orang dewasa (guru) menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau symbol, yang dapat mengamati anak untuk kemudian anak itu tumbuh kearah pemikiran yang verbal.
3. Sedangkan Bruner, anak melalui aktivitas dengan orang dewasa (guru) mengkonstruksi pengetahuan mereka itu dalam bentuk tampilan spiral mulai dari “pre-speech”sebagaimana anak menetapkan format, peranan dan hal-hal yang rutin yang membuatnya merasa bebas untuk kemudian dapat terlibat dengan penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji dalam suatu realitas.

Membandingkan ketiga pendapat ahli tersebut, maka akan dapat dipelajari persamaan dan perbedaanya. Persamaan ketiga pendapat ahli itu antara lain: ketiganya memandang bahwa anak adalah seorang yang aktif, memiliki kemampuan untuk membentuk pengetahuan sendiri.
Menyangkut perbedaannya, Piaget nampaknya menekankan bahwa penciptaan lingkungan belajar menjadi sorotan penting lingkungan yang akan menarik si anak; membuat mereka bekerja melakukan eksplorasi dengannya. Dengan cara demikian si anak mengkonstruksi pengetahuanya sendiri; bukan guru yang mengkonstruksi pengetahuan si anak itu. Bagi Vygotsky, yang ditekankan adalah interaksi guru dengan si anak. Dalam hal ini guru sepatutnya memahami dunia anak. Suatu interaksi baru dikatakan bermakna bagi anak, jika guru itu benar-benar ia mampu menjembatani arti dari symbol=symbol atau lambang-lambang yang digunakan. Bagi Bruner yang disoroti adalah gambaran proses ikiran si anak dalam mengkonstruksi suatu pengetahuan. Tampilanya berbentuk spiral, mulai, dari format, peranan, dan hal-hal yang rutin (bentuk yang sederhana / pre-speech) sehingga terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji dalam suatu realitas kehidupan.
Hal penting yang menjadi elajaran bagi kita adalah anak SD merupakan seorang yang aktif. Seorang guru yang konstruktivis yang baik adalah mereka yang suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning materials) yang cukup bagi anak didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang mengeksplorasi lingkungan belajar. Guru akan berusaha menciptakan sistem interaksi pengajaran dengan siapa saja anak itu berinteraksi ( guru dan temanya sendiri) yang menjembatani arti yang diperlukan. Selanjutnya, akan diyakini guru kontruktivis itu bahwa eksplorasi lingkungan dan interaksi yang terjadi merefleksikan pengalaman belajarsi anak sehingga pemilihan materi atau bahan pengajaran, kegiatan guru dan peserta didik, pemilihan sumber belajar yang akan dipakai, serta penyusunan tes, akan bertokak dari tujuan belajar yang hendak dicapai peserta didik dalam proses pengajaran. Karena itu, kesadaran tentang tujuan-tujuan belajar di atas, semestinya direfleksikan guru-guru sekolah dasar dalam kerangka membantu peserta didik meletakkan dasar-dasar kehidupan kearah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya ciptanya.
Pentingnya rumusan tujuan belajar dinyatakan secara spesifik dan eksplisit adalah:

Untuk Peserta Didik ;
1. Dapat mengarahkan proses belajar peserta didik
2. Dapat mengukur sejauh mana mereka telah mencapai tujuan yang diinginkan
3. Dapat meningkatkan motivasi dengan mengetahui tingkat keberhasilannya dalam proses belajar.

Untuk Guru ;
1. Data memilih materi, strategi instruksional, dan sumber belajar yang sesuai untuk dipakai dalam usaha membantu peserta didik dalam usaha belajarnya .
2. Dapat mengukur keberhasilan guru sendiri dalam pengajarannya.

Sejumlah tujuan belajar yang sewajarnya dapat diwujudkan guru dalam kegiatan belajar anak didiknya di sekolah dasar itu yakni;
1. Menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar;
2. Memperbaiki berpikir kreatif anak-anak, sifat keingintahuan, kerja sama harga diri dan raasa percaya diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akademik;
3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar,
4. Mengembangkan afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungannya, khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan social dan teknologi.

HAKEKAT MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR
Salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta didik. Misalnya seorang guru SD kelas 6 sedang menjelaskan pokok bahasan “rotasi bumi” dengan menggunakan metode tanggung jawab dan, peserta didik memperhatikan dengan seksama. Kegiatan guru tersebut dikatakan mengajar.
Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian pesan-pesan dari seorang guru kepada para peserta didik. Hal itu sebenarnya menyangkut persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Kegiatan membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar diperlukan kemampuan professional dari guru.
Beberapa pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut;
a. Mengajar dipandang sebagai ilmu (teaching as a science), artinya terdapat landasan yang mendasari kegiatan mengajar baik dari filsafat ilmu maupun dari teori-teori belajar mengajar, sifatnya metodologis dan procedural.
b. Mengajar sebagai teknologi (teaching as a tecnology), yaitu penggunaan perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empiris;
c. Mengajarkan sebagai suatu seni (teaching is an art), yang mengutamakan performance/penampilan guru secara khas dan unik yang berasal dari sifat-sifat guru dan perasaan serta nalurinya;
d. Mengejar sebagai pilihan nilai( wawasan kependidikan guru), bersumber pada pilihan nilai atau wawasan kependidikan yang dianut guru. Wawasan tersebut terpulang pada tujuan umum pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun kepada asumsi-asumsi konseptual pada tujuan umum pendidikn nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusanyang formal maupun kepada asumsi-asumsi konseptual atau filosofinya yang mendasar.
e. Mengajar sebagai ketrampilan (teaching is as a skill), yaitu suatu proses penggunaan seperangkat ketrampilan secara terpadu.
Selanjutnya, T. Raka Joni (1985:3) merumuskan pengertian mengajar sebagai pencita dan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingi dicapai, guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam hubungan social tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Davis (1971) mengungkapkan bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas professional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Sebagaimana keunikan dan karakteristik kegiatan belajar anak usia sekolah dasar, Piaget, Vygotsky, dan Bruner mengetengahkan cara-cara yang khas bagi seorang guru dalam mendorong terjadinya proses belajar bagi mereka.
Carol (1995) menuntut penciptaanlingkungan belajar sesuai dengan tiga dimensi perkembangan anak sekolah dasar, yaitu dimensi perkembangan fisik, dimensi perkembangan sosial-emosional, dan dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
1. Dilihat dari dimensi perkembangan fisik
Perkembangan fisik usia SD memang tidak sepesat pertumbuhan yang terjadi pada usia lima tahun sebelumnya. Akan tetapi kemampuan anak dalam mengendalikan tubuhnya dan kemampuan duduk serta merta berada dalam suatu periode waktu yang relatif lebih lama merupakan cirri perkembangan fisik anak usia SD. Misalnya pada saat anak menghadapi sesuatu konsep yang abstrak, aktivitas fisik akan sangat dibutuhkan. Aktivitas fisik itu akan memberikan pengalaman nyata bagi anak untuk memahami arti suatu konsep yang abstrak.
2. Dilihat dari dimensi perkembangan sosial-emosional / moral
Perkembangan hubungan sosial-emosional dan adanya kesadaran etis normatif merupakan cirri yang kuat nampak pada usia sekolah dasar. Kompetensi-kompetensi sosial yang positif dan produktif akan berkembang pada usia ini, seperti kemampuan bekerja sama, kesadaran berkompetisi, menghargai karya orang lain, toleran, kekeluargaan, dan aspek budaya lainya.
3. Dilihat dari dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
Perkembangan kognisi pada anak usia sekolah dasar menurut Piaget berada dalam dua tahapan dua masa transisi, yaitu masa transisi dari tahap praoperasional ke masa operasional konkrit dan masa transisi dari tahap operasional konkrit ke tahap operasional formal.

TEORI-TEORI BELAJAR
1. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, yang sekarang menjadi tenar diseluruh dunia. Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar yaitu ;
a) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsure-unsurnya.
b) Gestalt timbul lebih dahulu dari pada bagian-bagianya.
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi.
2. Teori J.Bruner
Kata Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.
3. Teori Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut:
a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
b) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutanyang sama bagi semua anak.
c) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu tetapi jangka waktuuntuk berlatih dari satu tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
d) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu;
· Kemasakan
· Pengalaman
· Interaksi sosial
· Equiliberation (proses dari ketiga faktor diatas bersama-sama untuk
membangun dan memperbaiki srtuktur mental).
e) Ada 3tahap perkembangan, yaitu;
» Berpikirsecara intuitif ± 4 tahun
» Beroperasi secara konkret ± 7 tahun
» Beroperasi secara formal ± 11 tahun
4. Teori R. Gagne
Terhadap masalah belajar, gagne memberikan dua definisi, yaitu;
a) Belajar ialah suatu proses untuk memeroleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;
b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari intruksi.
Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran.Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas.
Misalnya pengalaman belajar di SMA pada pelajaran matematika,
Beberapa strategi yang diajarkan pada semua siswa mulai dari :
1. Menjelaskan materi yang disampaikan
Guru menjelaskan materi yang akan disampaikan ke siswa, agar siswa mudah memahami materi tersebut.
2. Mencoba pada soal yang lebih sederhana dan cara menghitung dengan benar.
Setelah dijelaskan materi yang diberikan oleh guru, siswa dianjurkan untuk mengerjakan soal-soal dengan cara menghitung yang mudah atau sederhana.
3. Membuat tabel dan diagram
Ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan dan mempermudah mendapatkan gambaran penyelesaian.
4. Menemukan rumus dengan cara sendiri
Siswa diberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok untuk memecahkan persoalan dengan rumus sendiri.
5. Guru memberikan penguatan
Ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih semangat dalam pembelajaran.
Guru membuat strategi pembelajaran ini digunakan untuk mempermudah dalam melakukan kegiatan pembelajaran, memecahkan suatu persoalan masalah dan mengembangkan proses belajar siswa. Strategi belajar ini sangat baik dilakukan oleh guru saat memberikan pelajaran pada siswa di kelas. Dalam pembuatan strategi pembelajaran ini guru harus tahu karakteristik masing-masing siswa, agar mempermudah dalam mengembangkan materi yang akan diberikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar